You are currently viewing Kreatifnya Warga Bandung, Ubah Kolam Retensi untuk Budidaya Ikan dan Wisata
kreatifnya warga bandung sulap kolam retensi untuk budidaya ikan dan wisata

Bandung – Tak perlu jauh-jauh ke Waduk Saguling atau Waduk Jatiluhur, untuk melihat keramba apung atau budidaya ikan dengan media jaring yang dipasang terapung di atas genangan air. Ini ada di Kota Bandung!

Warga RW 17 atau yang tinggal di Komplek Perumahan Sarimas, Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung bisa melihat budidaya ikan dengan metode keramba apung di kolam retensi yang ada di komplek perumahan tersebut.

Keramba apung di kolam retensi ini dikelola oleh pengurus RW, beserta warga sekitar yang peduli akan lingkungan.

Tak hanya itu, keramba apung ini memiliki daya tarik sendiri, selain dapat membudidayakan ikan, keberadaan keramba apung ini dapat menjadi destinasi wisata berskala lokal yang ada di Kota Bandung.

Selain dapat menikmati suasana ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di kolam retensi ini, warga juga dapat memberi pakan ikan untuk ikan-ikan yang dilepaskan langsung di kolam retensi atau ikan-ikan yang ditebar di keramba apung.

Tidak banyak yang tahu, keberadaan kolam retensi ini, karena lokasinya ada di dalam komplek perumahan. Sehingga, alternatif wisata baru ini hanya dinikmati warga sekitar.

Setiap pagi atau setiap sore warga datang ke kolam retensi ini, untuk memberi makan atau hanya melihat ikan yang ada di keramba apung ini.

Ikan yang dibudidayakan di kolam retensi ini merupakan ikan jenis nila dan lele. Karena keramba apung ini baru dibangun, warga baru sekali memanen ikan lele yang hasil panennya dijual dan sebagian dikonsumsi oleh warga.

Tak hanya itu, karena konsep yang diterapkan di keramba apung ini berbasis lingkungan, pakan ikan yang diberikan berasal dari maggot yang asal-usulnya dari pengolahan sampah organik.

Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan, warga di sejumlah RW di Kelurahan Sukamiskin sudah menerapkan wilayah bebas sampah dan berbasis lingkungan salah satunya di RW 17 ini.

“Ini gerakan masyarakat yang luar biasa dengan berbagai inovasinya,” kata Oded belum lama ini.

Kolam retensi dan di dalamnya ada keramba jaring apung untuk budidaya ikan merupakan inovasi luar biasa yang dilakukan warga.

“Ini merupakan inovasi lokal, kebijakan RW 17 ini. Karena memang disini ada potensi kolam retensi yang dibangun tahun 2017, alhamdulilah oleh Pak RW dan warga sekitar diberdayakan dengan konsep kolam ikan terapung ini,” ungkapnya.

Keberadaan keramba jaring apung ini tidak hanya difokuskan untuk berbisnis, tapi untuk kesejahteraan masyarakat terutama dalam pemenuhan konsumsi ikan.

“Pak RW tidak berpikir bisnis. Tapi, Pak RW berpikirnya bagaimana kesejahteraan masyarakat, sejahtera,” tambahnya.

Oded menuturkan, di kala RW 17 memiliki kelebihan dibandingkan RW lainnya, ikan hasil budidaya di keramba apung itu dibagikan kepada warga di RW lainnya.

“Luar biasa dan daya perlu berikan apresiasi RW 17 ini, RW si bungsu atau RW pemekaran, yang mana RW 17 ini ketika memiliki potensi punya ikan, berbagi kepada RW lain dan luar biasa, ketika RW 17 butuh maggot, RW lainnya memberikan. Ini ada kerjasama antara RW yang ada di lingkungan pemukiman dan lingkungan perumahan,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua RW 17 Kelurahan Sukamiskin Muhammad Muaf mengatakan, ikan yang dibudidayakan dijual, tapi hanya sebagian.

“Ikan diperjualbelikan. Tahap pertama untuk anak yatim dan ini sudah pada besar ada 22 ribu lele, sebagai untuk sosial dan sebagian dijual. Dijual juga kita sudah kerjasama dengan distributornya, tapi bisa juga sama warga biasa,” jelasnya.

Pada tahap pertama, ribuan ekor ikan lele dipanen. Sedangkan ikan nila belum dipanen. “Panen pertama mencapai 8 ribu ekor. Kalau ikan nila belum kita panen,” tambahnya.

Tak hanya itu, kolam retensi yang ditata diharapkan bisa meningkatkan indeks kebahagiaan masyarakat.

“Satu untuk menumbuhkan ekonomi dan kedua sosial. Sosial juga kita bagi lagi, sosial untuk berbagi dan sosial untuk mencapai hiburan,” pungkasnya.

 

Sumber Berita : detikTravel