You are currently viewing Ini langkah Kementerian BUMN untuk menyelamatkan Garuda Indonesia (GIAA)

Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo mengungkapkan pihaknya mengambil opsi restrukturisasi untuk menyelamatkan maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).

Dalam wawancara yang disiarkan KompasTV bertajuk “BUMN Sakit, Dibubarkan atau Diobati” pada Selasa (8/6), opsi merestrukturisasi akan dijalankan sampai maksimal hingga nanti melihat opsi-opsi berikutnya.

“Opsi restrukturisasi paling memungkinkan. Yang krusial, saat restrukturisasi akan ada konversi menjadi ekuitas. Sehingga nantinya pemegang piutang terbesar memiliki saham terbesar, lalu pemilik saham eksisting jadi terdilusi,” paparnya, Selasa (8/6).

Lebih jauh, Kartiko menegaskan jika BUMN akan menyelamatkan Garuda Indonesia dengan pertimbangan GIAA memiliki market domestik yang potensial. Namun, akibat kesalahan pengurusan manajemen keuangan di masa lalu, berupa jumlah sewa pesawat terlalu mahal, kini kinerja GIAA terpuruk di masa pandemi.

Dalam sebulan, dia menyebutkan beban (cost) Garuda bisa mencapai US$ 150 juta atau setara Rp 2,15 triliun (kurs Rp 14.300/US$), sementara itu pendapatan per bulan hanya mencapai US$ 50 juta atau Rp 715 miliar, sehingga kerugian per bulan mencapai US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,43 triliun.

Tak hanya itu, Kartiko juga mengisyaratkan untuk berdiskusi dengan pihak lessor supaya dapat menyewa pesawat dengan hitungan per jam, sehingga pihaknya tidak dikenakan biaya jika pesawat tidak beroperasi.

“Ini kesempatan pula untuk mereformasi bisnis airlines, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Kami mencoba untuk menawarkan ini kepada lessor,” sambungnya.

Di saat yang sama, pihaknya juga tengah menghitung jumlah pesawat yang dapat dipertahankan supaya tetap bisa beroperasi dalam kondisi minimal. Ia menilai jenis pesawatnya terlalu banyak, contoh ada Boeing 737, Boeing 777, Airbus A320, A330, ATR, dan Bombardier.

Saat ini, Garuda Indonesia beroperasi minimal dengan 50 pesawat. Selebihnya, beberapa pesawat Garuda ditahan (grounded) oleh pihak lessor karena perseroan menunda pembayaran sewa pada pihak lessor.

Tak hanya itu, Kartiko juga mengatakan BUMN akan melakukan komunikasi dengan pemegang saham lain seperti Trans Airways milik Chairul Tanjung, untuk membicarakan opsi lain penyelamatan GIAA.

“Kami excercise dengan waktu ini akan lakukan diskusi lagi untuk lihat opsinya. Saat ini, ada penundaan pembayaran kepada investor dan secara legal kami harus menempuh langkah untuk memproteksi cashflow GIAA,” sambungnya.

Sumber Berita : Kontan.co.id