You are currently viewing Pertunjukan Virtual, Modal Saung Angklung Udjo Bangkit dari Pandemi

Bandung – Pertunjukan kesenian di Saung Angklung Udjo (SAU) mulai kembali bergeliat di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ini. Tak hanya itu, sanggar yang berdiri sejak tahun 1966 ini juga melahirkan berbagai karya yang diekspresikan melalui saluran digital.

Suara nyaring angklung bersahutan saat Teh Lia mengomandoi para pengunjung dengan gerakan tangannya. Seperti biasanya, para pengunjung SAU diajak memainkan angklung sebagai bagian dari pertunjukan.

“Tenang, angklung yang Anda pegang sekarang telah disemprot dan dibersihkan dengan disinfektan sehingga aman dari virus,” ucap Teh Lia sebelum memberikan aba-aba untuk memainkan lagu berikutnya.

Pengunjung pun ditantang untuk lebih berkonsentrasi, karena tempo lagu yang semakin cepat. Ratusan orang yang terdiri orang tua dan anak-anak terlihat begitu antusias menggoyangkan alat musik dari bambu itu.

Sebelum itu, para pengunjung pun dibuat berdecak kagum dengan tarian nusantara yang diperagakan anak-anak yang merupakan murid-murid SAU. Sebagai bentuk AKB, para penampil tetap mengenakan masker dan face shield di setiap sesi pertunjukannya.

Semarak itu akhirnya mulai kembali di SAU, yang sempat menghentikan sementara pertunjukan angklungnya sejak 15 Maret 2020 atau sejak kasus-kasus awal COVID-19 teridentifikasi di Indonesia.

Sebanyak lebih dari 600 orang yang terdiri dari penampil, pegawai, perajin, supplier souvenir di lingkup SAU berhenti berkegiatan ketika itu.

“Baru pada 16 Juni, setelah kita siapkan berbagai sarana dan prasarana, kemudian ditinjau Walikota Bandung juga akhirnya kita bisa buka kembali, alhamdulillah tempat cuci tangan, hand sanitizer, tempat duduk berjarak, cek suhu dan ruang isolasi kita siapkan,” ujar Manager Marketing SAU Maulana saat ditemui detikcom, Sabtu (8/8/2020).

Maulana mengatakan, tak hanya fasilitas atau infrastruktur saja yang disiapkan. Akan tetapi, materi pertunjukan juga disesuaikan agar lebih aman bagi pengunjung. Termasuk mensterilkan angklung yang biasanya dipinjamkan ke pengunjung di akhir sesi pertunjukan.

“Sebetulnya kita dari dulu tamu datang karena ada pertunjukan, jadi bukan pertunjukan ada karena ada tamu, semangat itu yang kita dahulukan karena bagaimana ketika seniman dan anak-anak calon seniman terlalu lama tidak ada kegiatan berkesenian, mereka akan bosan,” katanya.

Ia akui pada awal-awal pembukaan di masa pandemi, jumlah tamu yang datang per harinya tak banyak. Hanya sekitar tiga sampai empat tamu saja per hari, walau begitu pertunjukan tetap dilaksanakan.

“Jadi sebetulnya amanat dari Abah Udjo, tamu datang karena ada pertunjukan, mau satu atau dua orang yang datang ketika itu, kita akan tetap ada pertunjukan, kalau tidak begitu, saat anak-anak kita ingin melihat angklung, senimannya sudah tidak ada,” ujar Maulana

Meski pada akhirnya, ujar Maulana, untuk sementara ini pertunjukan rutin hanya digelar pada Sabtu dan Minggu. Sementara di hari biasa (weekday), tetap ada pertunjukan namun bagi calon pengunjung yang telah melakukan reservasi sebelumnya.

 

Hikmah di Balik Pandemi

Pandemi COVID-19 membuka jalur-jalur inovasi bagi SAU. Kali ini, para seniman SAU bereksperimen dengan menjajal panggung digital. Terdekat, SAU akan tampil dalam Perayaan 100 Tahun Gedung Sate. “Alhamdulillah metode digital yang kita lakukan, membuahkan hasil juga,” kata Maulana.

Ia mengatakan, walau belum sempurna, SAU tengah berusaha hadir di tengah masyarakat melalui platform virtual ini. Meski begitu, ada pencipta lagu dari Jepang yang tertarik untuk membuat lagu tentang COVID-19 berjudul ‘Mata Itsuka’, dengan patokan musik dari SAU.

Proses penciptaan lagu tersebut cukup unik, pasalnya sejumlah ibu-ibu asal Jepang yang pernah tinggal di Indonesia berlatih memainkan angklung di rumah masing-masing. SAU melatih mereka secara virtual.

“Orang Jepang memang sangat tekun, mereka tetap berlatih di rumahnya di luar jam latihan. Sehingga saat masuk sesi latihan, instruktur tinggal mengarahkan saja materi atau bagian lagu selanjutnya,” tutur Maulana.

Setelah latihan rampung, setiap ibu-ibu tersebut kemudian memainkan angklung yang direkam secara mandiri di rumahnya masing-masing. Setelah itu sang pencipta lagu dan komposer yang melakukan penyuntingan untuk kompilasi video tersebut.

“Mudah-mudahan bisa kembali normal lagi, karena bagi pekerja di bidang pariwisata kesenian itu memang masa ini, masa yang sulit. Tapi pandemi juga, memberi hikmah untuk melebarkan inovasi dan kreasi, terutama di digital dan virtual,” katanya.

Sumber Berita: detik.com