You are currently viewing Sukaluyu, Kampung Berkebun di Atap Bandung

Sukalayu adalah salah satu destinasi untuk melihat wajah lain Bandung. Traveler bisa liburan sambil berkebun. Menyusuri pinggiran barat Kota Bandung, pemandangan yang tak biasa tersuguh. Sayuran, jalan yang berkelok, dataran tinggi, dan kawanan ternak menyatu menjadi potret keseharian warga setempat. Tidak ada gedung yang tinggi. Pun suara klakson dan hiruk pikuk lalu lintas. Melainkan, kicauan burung dan udara sejuk yang dominan. Suasana dan lansekap di jalan membuat tiga jam berkendara dari Kota Bandung tak terasa. Setelah turun dari angkot di dekat pasar, saya dan lima teman lainnya memilih berjalan kaki. Awalnya kami berencana menyewa angkot untuk melanjutkan perjalanan. Namun, harga yang ditawarkan terpatok mahal.Ya sudahlah. Lagi pula, jarak menuju Sukaluyu sudah tidak terlalu jauh. Meski begitu, beberapa tanjakan ternyata tetap harus dilewati. Beban tas ransel yang kami bawa cukup terasa. Saya beberapa kali membetulkan posisi tas agar gerakan menanjak lebih mudah. Kami memang sedang bergegas menuju dataran yang lebih tinggi. Dari posisi kami berdiri, beberapa rumah warga terlihat samar-samar di puncak.

Setelah berjalan selama sekitar 30 menit, sebuah pemukiman warga tampak di ujung jalan. Ada harapan jika itu merupakan desa tujuan kami. Benar saja. Saat melewati posko penimbangan susu sapi, ada sebuah plang bertuliskan Sukaluyu. Lega rasanya.

Surga untuk vegetarian

Sukaluyu merupakan sebuah kampung yang terletak di Desa Sunten Jaya. Ia termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Lembang, Bandung Barat. Keberadaannya di dataran yang tinggi membuat kami harus pandai-pandai bersahabat dengan udara yang sangat dingin. Entah kenapa, di kampung ini, mandi pagi adalah hal yang sangat menantang. Meneteskan air ke kulit tangan saja membuat seluruh badan saya gemetaran.

Di desa yang sebagian jalannya masih berbatu ini, saya memilih homestay di rumah warga selama beberapa hari. Alasannya, tidak ada hotel ataupun wisma untuk para pengunjung. Lagian, tinggal bersama mereka akan membuat kami merasa dekat dan tahu kebiasaan penduduk lokal.

Satu hal yang membuat saya betah adalah keramahan warga Kampung Sukaluyu. Siap-siap saja membalas senyum mereka saat berpapasan. Hal lainnya yang tak akan pernah saya lupakan adalah soal makanan. Khususnya sayuran, Sukaluyu adalah surga untuk para vegetarian. Menu santapan selalu didominasi sayuran hijau. Bahkan, untuk ngemil pun, tomat buah selalu jadi pilihan.

Sebagian besar mata pencaharian warga Sukaluyu adalah sebagai tukang kebun dan peternak sapi perah. Tidak heran jika di sepanjang jalan kampung ini, berbagai jenis kebun sayuran terhampar luas.

Bisa dibilang, Sukaluyu merupakan kampung berkebun di atap Kota Bandung. Saat mengelilingi kampung ini, pandangan saya tak pernah lepas dari kebun sayuran dan buah. Saya tak mengetahui berapa luas lahan perkebunan sayuran di sini. Yang jelas, kemanapun pergi, kebun sayuran akan selalu menyambut. Saat menelusuri Danau Sangkuriang, yang letaknya di daerah perbukitan, saya sering menjumpai warga yang sedang mengangkut hasil kebun mereka menuruni lereng bukit. Sebagian menggunakan motor dan yang lainnya, mengangkat sendiri dengan dipanggul.

Bagi saya, Sukaluyu selalu menjadi tempat untuk merasakan ketenangan. Dikelilingi kebun sayuran dan buah membuat siapa pun betah untuk memperhatikan tanaman yang berderet sejauh mata memandang. Rasanya, kampung ini sangat cocok untuk mereka yang suka bercocok tanam atau yang hobi makan sayuran.

Dimulai dari terong, brokoli, kubis, cabai, tomat, jeruk nipis, labu dan masih banyak lagi. Semuanya tumbuh subur dengan ukuran yang tak biasa. Lebih besar dari yang biasanya saya jumpai. Oh ya, beberapa kebun buah seperti stroberi, jambu, dan pisang juga banyak di sini.

sumber berita : detik travel