You are currently viewing Wacana Bandara Husein Jadi Domestik, Pelaku Wisata Was-was

Bandung – Pelaku usaha wisata di Jawa Barat waswas terkait munculnya wacana usulan perubahan status Bandara Husein Sastranegara tak lagi menjadi bandara internasional. Sebab, hal itu akan berdampak pada nihilnya jumlah wisatawan mancanegara ke Jabar khususnya Bandung Raya.

Ketua Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Jawa Barat Budijanto Ardiansjah mengatakan pihaknya telah mendapatkan kabar terkait wacana perubahan status hub internasional Bandara Husein Sastranegara. Wacana itu, kata dia, tertuang dalam surat dari Direktorat Jenderal Hubungan Udara ke Kementerian Perhubungan.

“Ya memang saya sudah baca suratnya. Sebenarnya wacana ini sudah saya dengar cukup lama ya, kalau tidak salah dia bulan lalu perihal pengurangan hub internasional di Indonesia,” ucap Budijanto saat dihubungi, Jumat (4/9/2020).

“Jadi presiden menganggap bahwa bandara internasional di Indonesia saat ini terlalu banyak, jadi mau dikurangi. Salah satunya adalah Bandara Husein, baru usulan itu secara bertahap ya karena masih banyak kan,” dia menambahkan.

Munculnya wacana tersebut membuat pelaku usaha wisata di Jabar waswas. Budijanto mengatakan apabila nantinya wacana itu disetujui, hal itu akan berdampak pada berbagai sektor salah satunya pariwisata khususnya di Bandung Raya.

“Ya kita khawatir, bahwa nanti akan timbul keengganan bagi para wisatawan yang akan masuk ke Jabar terutama ke kawasan Bandung Raya, karena kalau mereka harus masuk melalui Bandara Soekarno Hatta ataupun kalau nanti dialihkan ke Bandara Kertajati, saat ini kan masih belum memadai aksesibilitas untuk ke Bandung Rayanya maka saya khawatir nanti timbul keengganan dan mereka akan mencari alternatif daerah lain. Dan kita tahu sekarang kita punya banyak sekali kompetitor ya kawasan Indonesia timur dan lain sebagainya itu kan juga menjadi kompetitor kita,” tuturnya.

Menurut Budijanto keberadaan hub internasional di Bandara Husein Sastranegara sendiri sangat membantu mendongkrak jumlah wisatawan ke Jabar khususnya Bandung Raya. Bandara Husein Sastranegara sendiri melayani perjalanan mancanegara dari Singapura dan Malaysia.

Sebagai contoh, kata dia, tahun lalu saja diperkirakan jutaan wisatawan mancanegara datang ke Bandung melalui Bandara Husein Sastranegara. Sehingga apabila nantinya disetujui, kedatangan turis mancanegara ke Bandung akan berkurang drastis.

“Iya, otomatis (berkurang) pertama buat bandara Husein sendiri kurang pemasukan, kemudian kesannya seolah kita mengisolasi diri juga, kalau kemarin mengisolasi dengan pesawat ATR, sekarang diisolasi dengan internasional,” tuturnya.

Oleh karena itu, dia meminta agar pemerintah mengkaji betul wacana penghapusan hub internasional di Bandara Husein Sastranegara. Kalaupun memang statusnya berubah, dia berharap agar ada aksesibilitas yang memadai bagi wisatawan mancanegara masuk ke Bandung.

“Memang dari dulu itu saya mengatakan bahwa bandara internasional seharusnya tak perlu dikurangi, nggak ada kepentingannya juga membatasi hub. Ya semakin banyak tentu semakin baik karena kan negara kita itu kan negara yang luas dan terdiri dari pulau-pulau jadi tentu saja tak bisa kita bandingkan dengan negara lain ya. Kemudian terkait dengan bandara Husein ya, kita mengharapkan mudah-mudahan janganlah diturunkan statusnya menjadi bandara domestik karena terus terang Bandara Husein ini menjadi pintu gerbang untuk wisatawan asing yang masuk ke Jabar,” katanya.

Sementara itu Executive General Manager Bandara Husein Sastranegara Iwan Winaya Mahdar mengatakan pihaknya masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah terkait perubahan status tersebut. Iwan sendiri mengaku sudah mendengar terkait wacana itu.

“Wacana sudah ada, tapi kalau regulasi belum sampai ke kami. Pasti (menunggu keputusan), kita ini hanya pengelola, terkait regulasi kan ada pihak regulator yang harus kita patuhi. Ya kalau kami kan intinya apa yang dikatakan pemerintah, regulator kita support. Tapi kan terkait kebutuhan masyarakat pasti ada yang setuju atau tidak,” tuturnya.

Namun, sambung Iwan, seandainya memang wacana itu disetujui oleh pemerintah, akan ada perubahan-perubahan yang terjadi di Bandara Husein Sastranegara.

“Ada (perubahan). Contoh terminal internasional tidak lagi kita gunakan. Perubahan itu saja kalau dari sisi Bandara ya,” ujarnya.

Sebelumnya juga Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut bandara internasional yang ada di Indonesia sudah cukup banyak.

“Nah ini kalau kita lihat arahan Presiden, sudah jelas saya lihat, airline hub yang kita miliki itu terlalu banyak, tadi saya singgung itu. Itu ada sekitar 30 landasan internasional, kenapa mesti 30,” kata Luhut dalam webinar Kemenhub, Jumat (14/8/2020).

Saat ini, pemerintah sedang mengkaji efektivitas bandara-bandara yang sudah terbangun. Nantinya, hanya beberapa bandara internasional yang akan dijadikan hub.

“Jadi kita menjadi pusat, kalau orang mau datang melalui Medan, Jakarta, Jogja, atau Surabaya, Bali, kemudian nanti Makassar atau Manado. Itu saja yang mau kita lihat. Sehingga dengan konsentrasi itu, kita akan jadi lebih hebat. Tapi survei ini, studi ini kita sedang buat, kita berharap 6 bulan depan sudah selesai ini,” Luhut menjelaskan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto juga mengakui hal yang sama. Oleh sebab itu, saat ini pemerintah sedang menata ulang jaringan bandara di Indonesia.

“Kita akan menata ulang rute penerbangan, kita akan menata ulang bandara internasional dalam rangka mengubah strategi yang major sifatnya di mana sesuai arahan Bapak Presiden, (agar) kita tidak terlalu banyak bandara internasional, otomatis ini akan mengubah mana yang menjadi hub primer, mana yang sub-hub, ini nanti akan coba kami gambarkan,” ujar Novie.

Sumber Berita: detik.com